This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 17 Maret 2013

IQRO’ ala Paulo Freire dan Sorogan, Analisis Pendidikan

IQRO’ ala Paulo Freire dan Sorogan ala Pesantren (Beserta Analisis)


“Pendidikan harus menjadi arena pembebasan manusia sehingga mengantar orang menemukan dirinya sendiri, untuk kemudian menghadapi realitas sekitarnya dengan kritis dan mengubah dunia secara kreatif.”
[Paulo Freire, Brasil 1921-1997]
~
Bukan suatu kebetulan jika ayat yang pertama kali diwahyukan kepada Baginda Muhammad adalah “Bacalah!” (إقرأ) bukan “Dengarlah!” (إسمع) atau semacamnya. Meskipun sama-sama kata perintah (fi’il amr), lafadz “Iqro’” menyiratkan kesan dan pesan khusus, yakni keaktifan si manusia sendiri, karena membaca merupakan aksi aktif, bukan pasif.
Sudah jelas ayat ini menekankan pentingnya pendidikan, namun lebih dari itu, ayat ini juga menyiratkan pendidikan macam apa yang cocok untuk makhluk berakal seperti manusia ini.
Seseorang yang mau menggunakan daya bacanya terhadap fenomena sekitar alias ayat kauniyah secara jernih pun pada akhirnya akan menyimpulkan hal yang sama. Paulo Freire adalah salah satunya.
Pada masa kebangkitan aliran filsafat empirisme di Inggris, filsuf John Locke mengemukakan konsep Tabula Rasa atau “wadah kosong”, sebagai ilustrasi sistem pengetahuan manusia. Pengetahuan manusia diandaikan sebagai wadah yang awalnya kosong, dan akhirnya menjadi pengetahuan utuh setelah diisi oleh beragam realitas empirik. Namun dengan demikian kemanusiaan terberangus. Potensi individu terabaikan karena semua diandaikan berangkat dari satu garis yang sama; wadah kosong.
Sedangkan Freire memperkenalkan metode pendidikan yang disebut dengan Pendidikan Dialogis. Otoritas guru yang selalu satu arah diberangus dengan konsep “guru sekaligus murid” dan “murid sekaligus guru”. Dialog ini berusaha secara revolusioner mengubah konsep relasi berjarak antara guru dan murid dalam struktur pendidikan formal sejak jaman Yunani Kuno.
Karena itulah unsur dialog sangat penting bagi Freire. Terdapat suatu dinamika dialektis antara pendidik dengan peserta didik. Penekanannya adalah dengan menyadarkan pendidik maupun peserta didik agar dapat berani bertindak dan mengubah situasi mereka.
Menurut Freire, kebiasaan “patuh” (atau dalam bahasa lainnya “adaptif” seperti yang menjadi tujuan pendidikan konservatif) mendorong manusia untuk menyesuaikan diri dengan realitas, bukan untuk berintegrasi.
Integrasi merupakan tindakan khas dari jiwa demokratis yang fleksibel, menuntut kemampun untuk berpikir dengan kritis. Lawannya adalah “adaptasi”, yakni hanya menyesuaikan diri terhadap kebiasaan yang dipaksakan, dengan demikian membentuk suatu kerangka berpikir yang otoriter serta tidak kritis.
~
Dalam tradisi pemahaman teks di pesantren pun ada metode serupa. Ada model pengajian bandongan, yakni mendengarkan keterangan seorang kiai kata demi kata dari sebuah kitab. Ada pula metode sorogan, yakni santri dituntut untuk membaca kitab tersebut di hadapan kiai secara langsung, sambil disimak dan dikoreksi oleh sang guru.
Semasa belia dahulu, salah seorang guruku, Mas Solah (yang kebetulan adalah kakak sepupuku), menerapkan dua metode tersebut sekaligus dalam satu kesempatan setiap malam. Awalnya, beliau membaca satu bab dari sebuah kitab sambil menerangkan isinya, dan aku terus menyimak sambil menulis arti setiap kata secara gandul.
Selanjutnya, aku disuruh membaca hasil kajian bab sebelumnya dengan metode tradisional ala Jawi (utawi iki iku), lalu disuruh menjelaskan ide utama apa yang kubaca dengan Bahasa Indonesia yang baik, sambil sesekali beliau sela dengan koreksi, baik tentang gramatika bahasa maupun kesan makna yang kupahami, sambil melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang memancing dialog.
Metode seperti ini, interaksi antara guru murid kurasa sangat efektif dalam merangsang pemahaman sekaligus mentalitas. Karena biasanya, akan muncul pemahaman-pemahaman baru setiap kali terjadi tanya jawab, dialog, dan tukar pengalaman. Memang, metode efektif ala pesantren seperti ini hanya bisa dijalankan dalam konsep ‘kelas’ yang eksklusif, seperti yang sudah dilakukan sekolah-sekolah unggulan zaman sekarang.
~
Intinya, berpijak pada ayat qauliyah yang diwahyukan pertama kali serta penafsiran ayat kauniyah yang digagas Paulo Freire tersebut, pendidikan tidak boleh mencerabut peserta didik dari akar sosialnya sehingga menjadikannya buta dan tuli terhadap realita yang ada.
Seorang peserta didik dibimbing untuk membaca (إقرأ), itu berarti menuntut dia untuk berbicara, tidak hanya mendengarkan. Tentunya dengan dasar kebebasan atas dasar keimanan (باسم ربك الذي خلق), dan sebagai upaya mengenalkan dirinya tentang siapa dia dengan segala sisi kemanusiaannya (خلق الإنسان من علق).
Wallahu A’lam
~
Jogja 18/03/2013

sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/18/iqro-ala-paulo-freire-dan-sorogan-ala-pesantren-543202.html

Melihat analogi diatas antara pernyataan paulo freire tentang pendidikan yang membebaskan dan pendidikan yang memanusiakan dengan ayat kauniyah "iqra" (bacalah) yang menjadi wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad diberikan oleh Malaikat Jibril sejenak saya berfikir dengan pendidikan Indonesia yang notabene nya kurang menyadari akan pentingnya pendidikan. boleh jadi semua orang berfikir bahwa pendidikan itu dapat didapatkan hanya ketika di sekolah, selain di sekolah itu bukan pendidikan. Paradigma seperti itu masih banyak dimiliki oleh beberapa kalangan siswa, tentunya hal ini sangat miris mengingat pendidikan itu bukan hanya di sekolah (formal) saja melainkan dalam keluarga (Non Formal) dan Masyarakat (Informal). 

Pendidikan dalam keluarga pun tak kalah penting, malah, pendidikan keluarga merupakan faktor terbesar bagaimana anak bisa bertumbuh dan berkembangan dengan baik sesuai dengan pola asuh dan pola didik yang baik dan benar. Namun, tak banyak yang menyadari akan pentingnya pendidikan dalam keluarga. sungguh miris..

Begitupun juga dengan pendidikan di masyarakat. Masih banyak orang beranggapan bahwa pendidikan masyarakat itu tidak begitu penting dibandingkan pendidikan formal. Padahal musti kita ketahui bahwasannya pendidikan masyarakat itu penting guna membantu proses penyesuaian diri dengan lingkungan dan mengasah keterampilan softskill setelah dalam pendidikan formal mengetahui ataupun mempelajari teori-teori nya sebelum praktek dalam masyarakat.

tidak bisa dipisahkan ketiga komponen pendidikan tersebut. Formal Education, Informal Education, Non Formal Education. bagi yang membaca postingan ini, cepatlah sadar diri bahwa pendidikan bukan hanya di sekolah, namun di keluarga dan masyarakat pun termasuk. jadikanlah hidup ini sebagai "belajar" dan dalam arena "pendidikan" karena seperti kita ketahui bahwa dalam hadist pun dinyatakan "tuntutlah ilmu mulai dari lahir hingga ke liang lahat" hadist ini menyatakan bahwa "Pendidikan/Belajar itu sepanjang hayat dan tidak ada kata berhenti sebelum ajal menjemput" jadi slogan untuk kehidupan ini adalah "Long Life Education"


Sekian...
Salam Pendidikan...

Kamis, 07 Maret 2013

Resume : Isu Etik dan Legal Teknologi Informasi dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Isu Etik dan Legal Teknologi Informasi dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling

            Di era globalisasi ini, semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin besar pula kontribusi dalam membantu jalannya kehidupan manusia. Hingga kini, kita semua sudah mengetahui bahwasannya teknologi dan informasi sangat memiliki peran penting sebagai penyokong proses berjalannya aktivitas manusia sehari-hari.
            Dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling, teknologi informasi pun sangat ampuh memecah kebuntuan berkomunikasi antara konselor dengan konseli. Selain itu, dengan perkembangan yang signifikan terhadap teknologi dan informasi, tentunya pelayanan bimbingan dan konseling pun menjadi efektif dan efisien mengingat dahulu sebelum teknologi dan informasi berkembang, konselor dan konseli masih saling ketergantungan dan mengutamakan untuk layanan bimbingan dan konseling secara tatap muka.
            Tentunya, dalam sebuah teknologi dan informasi di suatu negara tentunya memiliki etika dan hukum dari pemerintahan sekitar. Hal tersebut digunakan guna mencegah pelanggaran-pelanggaran yang terjadi terhadap norma-norma yang berlaku. Berbicara mengenai etika, pasti berbicara tentang benar,salah,baik,buruk norma-norma yang berlaku dalam masyarakat atau kelompok tertentu dan hal tersebut tersusun menjadi sebuah hukum. Oleh karena itu, dengan penuh kesadaran bahwasannya dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling  tentu saja diharuskan untuk menerapkan etika yang berlaku guna mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
            Etika dan legalitas teknologi informasi dalam pelayanan bimbingan dan konseling merupakan suatu pedoman ataupun norma-norma yang memiliki nilai sosial moral guna mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku. Tentunya seorang konselor dan konseli pun perlu mengetahui apa saja yang menjadi etika dan legalitasnya dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling. Boleh jadi ketika konselor dan konseli tidak mengetahui apa saja isi dan makna dari etika dan legalitas teknologi informasi dalam pelayanan bimbingan dan konseling menjadikan suatu permasalahan yang mampu merusak unjuk kerja, reputasi seorang konselor kepada konseli.
            Urgensi dalam etika dan legalitas teknologi informasi dalam pelayanan bimbingan dan konseling menjadi sebuah kesadaran bahwasannya dalam suatu pelayanan bimbingan dan konseling memiliki tata aturan/ norma-norma yang dapat menghantarkan proses pelayanan menjadi lebih baik dan tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang tidak diharapkan.

 NBCC (National Board for Certified Counselor) telah mengemukakan bagaimana seharusnya dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling itu sesuai dengan etika dan legalitas yang berlaku, yaitu :
1.      Konselor mengacu kepada aturan-aturan yang berlaku dalam konsultasi media online
2.      Dalam situasi sulit untuk memverifikasi identitas klien, tentunya harus menggunakan kode atau nomor guna mencegah penipuan yang terjadi
3.      Konselor menentukan apakah konseli adalah seorang anak-anak,  tentunya jika konseli itu seorang anak-anak, perlu ada persetujuan dari orang tua/wali
4.      Sebagai upaya kelancaran dalam proses pelayanan konseling, konselor terlebih dahulu memberikan informasi tentang metode atau cara melakukan konsultasi melalui media online kepada konseli
5.      sebagai proses orientasi konseling, konselor memberikan penjelasan tentang hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahpahaman kepada konseli untuk meminimalisir permasalahan tersebut
6.      Konselor berkewajiban untuk memberikan kesadaran secara bebas dalam mengakses situs yang dapat terhubung kepada proses pelayanan konseling
7.      Dalam batas teknologi yang tersedia, konselor membuat situs web yang ditujukan kepada konseli yang berkebutuhan khusus
8.      Konselor menyadari bahwasannya beberapa konseli berasal dari berbagai daerah. Hal itu menjadikan konselor sadar akan cara pelayanan terhadap konseli dalam berkonsultasi
9.      Konselor memberikan informasi mengenai metode enkripsi, dimana pada saat proses pelayanan konseling membutuhkan keamanan yang kuat. Perlu dijelaskan pula bagaimana jika pada saat proses tidak memakai metode enkripsi, sebutkan saja resiko-resiko yang akan diterima
10.  Konselor melakukan kesepakatan dengan konseli tentang waktu berlangsungnya proses konseling
11.  Konselor menggunakan media e-mail sebagai media utama dalam proses konseling
12.  Konselor pun menjelaskan kepada konseli perihal kegagalan dalam berkomunikasi (gangguan-gangguan yang terjadi pada saat konseling) hal itu dapat menjadikan pengetahuan terhadap konseli guna meminimalisir miss comunication
Diatas telah dinyatakan oleh NBCC (National Board of Certified Counselor) bahwa dalam setiap proses pelayanan bimbingan dan konseling perlu dihadapkan pada etika dan legalitas guna mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran atas norma-norma yang berlaku dan juga meminimalisir masalah miss comunication antara konselor dan konseli guna kelancaran dalam berlangsungya proses pelayanan bimbingan dan konseling. Situs National Board for Certified Counselor menawarkanketerangan lebih spesifik setiap standar. Aturan-aturanstandar ini menunjukan hal yang penting dan bersungguh-sungguh untuk mengenalkan masalah yang berkaitan dengan layanan konsultasi lewat internet. American Counseling Assosiation padabulan oktober 1999 meresmikan atau menyepakati standar etika untuk konsultasimelalui internet. Petunjuk-petunjuk memantapkan standar yang sesuai unruk penggunaan komunikasi lewat internet dan digunakan untuk menghubungkandengan kode etik dan standar praktek konsutasi online (Nurfitriyani, 2011)
      Oleh karena itu, isu etik dan legal teknologi informasi dalam bimbingan dan konseling sangat berpengaruh penting terhadap unjuk kerja seorang konselor, dan keberlangsungan proses pelayanan guna tercapainya tujuan dalam proses konseling yaitu konseli mampu menentukan permasalahannya sendiri, mengembangkan potensi, dan tentu saja mandiri.

Sumber :
 _________. The Practice of Internet Counseling. [internet]. Tersedia : http://www.nbcc.org/Assets/Ethics/internetCounseling.pdf. [7 Maret 2013]
Nurfitriyani. 2011. Isu Etik dan Legal Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling. [online]. Tersedia di : http://www.scribd.com/doc/52444416/Isu-Etik-dan-Legal-Teknologi-Informasi-dalam-Bimbingan-dan-Konseling [6 Maret 2013]

Rabu, 06 Maret 2013

Definisi Teknologi, Informasi dan Komunikasi dalam Bimbingan dan Konseling


Pengantar
            Sebelum merujuk kepada inti yaitu Definisi dari Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling, disini akan dipaparkan terlebih dahulu pengertian-pengertian Teknologi, Informasi, Komunikasi, Bimbingan, dan Konseling menurut para ahli yang akan menjadikan dasar untuk mempelajari mata kuliah Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling. Tentunya didalam definisi harus terdapat tiga aspek, yaitu Hakikat, Operasional, dan Tujuan. Hakikat disini bermakna kenyataan (benar terjadi), Operasional bermakna faktor-faktor yang membantu keberlangsungan (tanpanya definisi itu tidak akan nampak), dan tentunya tujuan sebagai pencapaian dari sebuah pengertian yang dipaparkan.
Definisi Teknologi :
a.       Mardikanto (1993)
            Teknologi adalah suatu perilaku produk, informasi dan praktek-praktek yang baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan atau diterapkan oleh sebagian warga masyarakat dalam suatu lokasi tertentu dalam rangka mendorong terjadinya perubahan individu dan atau seluruh warga masyarakat yang bersangkutan

b.      Prayitno (Ilyas:2001)
            Teknologi adalah seluruh perangkat ide, metode, teknik benda-benda material yang digunakan dalam waktu dan tempat tertentu maupun untuk membantu kebutuhan manusia

c.       Djoyohadikusumo (1994,222)
            Teknologi berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya

d.      Toynbee (2004, 34)
            Teknologi adalah sebuah manifestasi langsung dari bukti kecerdasan manusia

e.       Manuel Castells
            Teknologi adalah kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu perkejaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan




f.       Fikri Faturrahman
            Teknologi adalah sebuah alat berupa benda dan non-benda yang berasal dari hasil pemikiran manusia (bersumber dari Tuhan) dan dapat dirasakan kebermanfaatannya oleh manusia dalam membantu jalannya aktivitas manusia sehari-hari

Definisi Informasi :

a.       Raymond Mc.Leod
            Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang memiliki arti bagi si penerima dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang.

b.      Tata Sutabri, S.Kom., MM
            Informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan

c.       Jogiyanto HM., (1999: 692)
            Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian – kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan

d.      Anton M. Meliono (1990: 331)
            Informasi adalah data yang telah diproses untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan tersebut adalah untuk menghasilkan sebuah keputusan

e.       Wikipedia-Indonesia
            Informasi adalah hasil pemrosesan, manipulasi dan pengorganisasian/penataan dari sekelompok data yang memiliki nilai pengetahuan (knowledge) bagi penggunanya

f.       Fikri Faturrahman
            Informasi adalah hasil daripada kumpulan data yang memiliki nilai pengetahuan guna memberikan bantuan kepada manusia dalam menentukan sebuah pengambilan keputusan saat ini dan yang akan datang

Definisi Komunikasi :

a.       Onong Cahyana Efendi
            Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)
b.      Raymond Ross
            Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respon/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator

c.       William J. Seller
            Komunikasi adalah proses dimana simbol verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima, dan diberi arti

d.      Barnlund (1964)
            Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan

e.       Carl I. Hovland
            Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain

f.       Fikri Faturrahman
            Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan melalui simbol verbal (lisan) maupun nonverbal (media) yang dilakukan minimal dua orang dengan tujuan tersampaikannya pesan


Definisi Bimbingan :

a.       Sunaryo Kartadinata (1998:3)
            Bimbingan merupakan proses membantu individu untuk mencapai perkembangan yang optimal

b.      Shertzer dan Stone (1971: 40)
            Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya

c.       Rochman Natawidjaja (1987: 37)
            Bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya

d.      Bimo Walgito (2004: 4-5)
            Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya.

e.       Abu Ahmadi (1991: 1)
            Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.

f.       Fikri Faturrahman
            Bimbingan adalah upaya membantu individu untuk memberikan kesadaran dan pengetahuan bahwa di dalam diri individu terdapat potensi-potensi yang mampu dikembangkan sehingga individu tersebut mampu memecahkan segala permasalahan hidupnya secara mandiri dan mampu mengoptimalkan potensinya tersebut ke arah yang lebih baik


Definisi Konseling :

a.       Robinson (M.Surya dan Rochman N., 1986:25)
            Konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, di mana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya

b.      ASCA (American School Counselor Association)
            Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya.

c.       Tolbert (Prayitno 2004:101)
            Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
d.      Jones (Insano, 2004:11)
            Konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan seorang klien. Hubungan ini bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.

e.       Prayitno dan Erman Amti (2004:105)
            Definisi konseling sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (konseli./klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang sedang dihadapi klien

f.       Fikri Faturrahman
            Konseling adalah suatu hubungan tatap muka antara klien (yang sedang mengalami masalah/menentukan keputusan) dengan konselor (yang membantu klien dalam memecahkan masalah/menentukan keputusan) yang bersifat rahasia yang bertujuan untuk mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga hidupnya akan lebih produktif dan optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.


Definisi Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling
            Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi informasi mengalami kemajuan yang cukup pesat melihat keadaan manusia sekarang lebih cenderung kepada hal-hal yang instan dan efisien. Teknologi informasi sangat memiliki peran tersendiri terhadap kemajuan dalam bidang keilmuan khususnya bimbingan dan konseling.

            Bimbingan adalah suatu proses membantu individu untuk mencapai perkembangan yang optimal (Sunaryo Kartadinata 1998:3). Pada intinya Bimbingan dan Konseling merupakan suatu upaya bantuan terhadap individu untuk membantu ke arah kemandirian, realisasi diri, pengembangan potensi diri, memberikan kesadaran tersendiri terhadap individu yang dibantu bahwa individu memiliki potensi yang dapat membantu keberlangsungan hidupnya ke arah yang lebih baik.
            Melihat perkembangan ICT (Information and Communication Technology),menjadikan bidang keilmuan Bimbingan dan Konseling memiliki keefektifan dan efesien dalam menjalankan kerangka-kerangka kerjanya guna keberlangsungan proses membantu individu secara instan dan efisien. Hal ini menjadi urgensi teknologi informasi dalam bimbingan dan konseling karena pada hakikatnya komunikasi antara konselor dan konseli harus terjalin dalam proses bimbingan dan konseling.
            Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari teknologi dan informasi dalam Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu urgensi penggunaan teknologi, informasi, dan komunikasi seiring dengan perkembangan zaman yang memberikan keefektifan dalam proses membantu individu baik bagi konselor (yang sudah terlatih) sebagai seseorang yang membantu individu, maupun bagi konseli (yang membutuhkan bantuan) sebagai seseorang yang dibantu oleh konselor (dalam konteks bimbingan dan konseling) yang bertujuan untuk membantu keberlangsungan proses bimbingan dan konseling agar tidak terhambat oleh ruang dan waktu.
Peranan Teknologi dan Informasi dalam Bimbingan dan Konseling
1.      Publikasi
Disini, teknologi dan informasi dimanfaatkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai pengenalan BK
2.      Pelayanan dan Bantuan
Disini, teknologi dan informasi digunakan untuk memberikan layanan dan bantuan kepada individu secara tidak langsung
3.      Pendidikan
Dikatakan pendidikan karena dalam teknologi dan informasi memiliki unsur-unsur yang berkenaan dengan pendidikan

Layanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan dengan berbagai cara :
a.       Konseling melalui telephone
b.      Konseling melalui video-phone
c.       Konseling melalui radio dan televisi
d.      Konseling melalui komputer dan e-mail
e.       Konseling melalui internet atau chatting








DAFTAR PUSTAKA

Nurihsan, Juntika & Yusuf, Syamsu. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Laode,S. Pengertian Teknologi Menurut Para Ahli,[online],(http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2060372-pengertian-teknologi-menurut-para-ahli/, diakses tanggal 4 Februari 2013)
Sarjanaku. Pengertian Informasi Menurut Para Ahli, [online], (http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-informasi-menurut-para-ahli.html, diakses tanggal 4 Februari 2013)
Idadwiw, Pengertian Komunikasi, [online] (http://idadwiw.wordpress.com/2011/12/18/pengertian-komunikasi/, diakses tanggal 4 Februari 2013)
Carapedia, Pengertian definisi bimbingan, [online],(http://carapedia.com/pengertian_definisi_bimbingan_info2182.html, diakses tanggal 4 Februari 2013)
Junaidi,Wawan. Pengertian Konseling [online,] (http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/12/pengertian-konseling.html, diakses tanggal 4 Februari 2013)
Yusron, Urgensi Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling, [online], (http://yoezronbloon.blogspot.com/2010/02/urgensi-teknologi-informasi-dalam.html, diakses tanggal 7 Februari 2013)